PROFESI PERENCANA ANGGARAN BIAYA DI INDUSTRI KONSTRUKSI
Bicara tentang industri jasa konstruksi, tentu tidak terlepas dari orang-orang dengan profesi arsitek, perencana struktur, dan perencana mekanikal elektrikal. Seiring berjalannya waktu, dengan semakin berkembangnya industri jasa konstruksi, muncul sebuah profesi baru yang mulai dilirik oleh para pekerja di bidang jasa konstruksi. Profesi yang beberapa tahun belakangan ini semakin banyak diminati itu adalah perencana anggaran biaya konstruksi. Profesi tersebut umumnya dikenal dengan istilah quantity surveyor. Orang-orang juga mengenalnya dengan sebutan estimator.
Kesamaan fungsi tugas sebagai perencana anggaran biaya sebuah proyek konstruksi menjadikan quantity surveyor dipandang sama dengan estimator. Akan tetapi, ketika dilihat dari lingkup pekerjaannya, sebenarnya profesi ini memiliki lingkup kerja yang cukup berbeda. Quantity surveyor bertugas melakukan perencanaan perkiraan pembiayaan di awal hingga melakukan pengendalian biaya konstruksi saat proyek berjalan. Sementara estimator bertugas khusus untuk menghitung besarnya biaya yang akan digunakan untuk melaksanakan suatu proyek atau biasa disebut pricing.
Profesi ini mulai berkembang diawali dari adanya kebutuhan orang yang mampu menjembatani klien (pemilik proyek) dengan arsitek (perencana) untuk menerjemahkan hasil desain agar sesuai anggaran dana yang dimiliki. Dengan estimasi biaya yang dibuat oleh seorang quantity surveyor ataupun estimator, seorang klien dapat mengoptimalkan anggaran dana yang dimilikinya untuk mendapatkan desain terbaik dari seorang arsitek.
Ditilik dari sejarahnya, profesi ini pertama kali muncul di Inggris dan mulai menyebar ke negara-negara persemakmurannya hingga ke seluruh dunia. Hal ini bermula dari kejadian kebakaran besar di Inggris yang menghancurkan banyak bangunan pada abad ke 18 yang dikenal sebagai “The Great Fire of London”. Akibat kejadian tersebut, pihak asuransi yang kesulitan menghitung nilai ganti rugi setiap bangunan akhirnya meminta para arsitek untuk membantu proses perhitungan nilai bangunan. Bukan hanya itu, selanjutnya pembuatan estimasi biaya juga diminta oleh para pemilik bangunan yang akan merenovasi bangunannya. Dari sana, mulai banyak arsitek yang semakin mendalami keahlian tersebut. Sistem pendidikan yang khusus mempelajari perencanaan biaya bangunan pun dibuat hingga berlanjut dengan pendirian sebuah organisasi yang menaungi para quantity surveyor yang dinamakan Royal Institution of Chartered Surveyor (RICS).
Di Asia Tenggara, profesi ini masuk pertama kali di Singapura dan Malaysia. Sementara itu, di Indonesia, profesi quantity surveyor ataupun estimator mulai masuk dan berkembang di tahun 70 hingga 80an. Awalnya tidak semua proyek konstruksi di Indonesia menggunakan jasa seorang quantity surveyor ataupun estimator. Seiring berkembangnya industri jasa konstruksi, penggunaan jasa quantity surveyor ataupun estimator mulai dipertimbangkan. Kebutuhan adanya profesi tersebut di dalam proyek semakin meningkat. Peningkatan ini dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain adalah sebagai berikut.
1. Kebutuhan untuk menghitung besaran investasi
Klien (pemilik proyek) mulai menyadari adanya kebutuhan untuk menghitung segala pengeluaran-pengeluaran dalam proyeknya. Dengan memperhitungkan setiap pengeluaran dalam proyek, mereka dapat mengantisipasi kemungkinan kerugian ataupun keuntungan yang akan diperoleh.
2. Kebutuhan untuk menganalisa jenis material yang akan digunakan
Mulai berkembangnya konsep Value for Money, kebutuhan menganalisa bahan material yang digunakan dalam proyek pun semakin meningkat. Hal ini dikarenakan klien ingin agar nilai bahan yang digunakan dapat maksimal sesuai dengan biaya yang telah mereka keluarkan.
3. Kebutuhan dari pihak Bank, sebagai lembaga keuangan
Pada proyek yang menggunakan dana pinjaman dari bank biasanya dibutuhkan rincian detil rencana anggaran biaya proyek.
Lalu, kemampuan apa saja yang harus dimiliki oleh seorang quantity surveyor ataupun estimator? Berikut adalah beberapa kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seorang quantity surveyor ataupun estimator.
1. Ilmu Matematika
Membuat RAB identik dengan bekerja dengan angka. Untuk itu, kemampuan dasar matematika dibutuhkan untuk menghitung volume hingga biaya.
2. Mampu mengoperasikan AutoCAD
Dengan menguasai AutoCAD, pekerjaan perhitungan volume material bangunan dapat dikerjakan dengan lebih mudah dan akurat.
3. Microsoft Excel
Mengerjakan Rencana Anggaran Biaya atau RAB identik dengan menggunakan program Excel. Untuk itu kemampuan excel juga dibutuhkan oleh seorang quantity surveyor ataupun estimator. Akan tetapi, di masa sekarang ini, kehadiran program-program untuk menggantikan excel sudah banyak dibuat. Salah satunya adalah adanya aplikasi pembuatan RAB Online dengan estimator.id.
Di Indonesia sendiri, seorang quantity surveyor ataupun estimator dapat berasal dari jurusan-jurusan teknik, khususnya Teknik Sipil. Khusus jurusan Quantity Surveyor sendiri saat ini baru ada di Universitas Bung Hatta, Padang. Di Universitas Bung Hatta, jurusan Quantity Surveyor disebut Jurusan Teknik Ekonomi Konstruksi. Sementara itu, asosiasi yang mewadahinya pun telah didirikan sejak 2006. Asosiasi tersebut dikenal dengan nama Ikatan Quantity Surveyor Indonesia (IQSI). Bagaimana? Tertarik untuk menjadikan quantity surveyor ataupun estimator sebagai profesi Anda?
Sumber:
- Zulfi, Mirza. “Pengenalan dan Peranan Quantity Surveyor pada Proyek Konstruksi”. 05 Oktober 2018. http://iqsi.org/site2/index.php/publikasi/artikel/30-pengenalan-dan-peranan-quantity-surveyor-pada-proyek-konstruksi
- “Rangkuman Diskusi Quantity Surveyor, Cost Control,dll”. 05 Oktober 2018. http://migas-indonesia.com/2008/12/18/rangkuman-diskusi-quantity-surveyor-cost-control-dll/
- “Peran Quantity Surveyor di Bidang Konstruksi”. 05 Oktober 2018. http://quantitys.blogspot.com/2011/12/peran-quantity-surveyor-di-bidang.html
Kata kunci: Quantity Surveyor, Estimator, RAB, Rencana Anggaran Biaya
0 Comments